Pembahasan mengenai internet of things atau IoT belakangan memang semakin mencuat di tanah air. Ada banyak proyek yang mengacu pada konsep tersebut sehingga menarik minat masyarakat awam.
Pada dasarnya IoT merupakan konsep dimana kita menggabungkan antara dunia digital dengan maya. Perangkat yang digunakan untuk mewujudkan konsep tersebut tentu saja ada berbagai macam.
Mulai dari VR, AR, sampai AI semuanya dapat kita terapkan secara berkesinambungan di dunia nyata. Syaratnya hanya satu yaitu ketersediaan, pemerataan, dan juga keamanan jaringan internet.
Tanpa ketiga syarat tersebut internet of things jelas tidak akan dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sampai sekarang sudah ada cukup banyak percontohan smart city di dunia yang dapat kita temui.
Singapore, Helsinki, Oslo, dan Zurich adalah contoh kecil dimana smart city sekarang sudah beroperasi. Batasan antara dunia nyata dan maya sudah setipis tisu sehingga pola kehidupan disana juga berubah.
Secara umum tujuan utama adanya smart city adalah meningkatkan produktivitas, efektivitas, keamanan, dan kenyamanan masyarakat. Pada artikel ini mari kita bahas mulai fundamental sampai implementasi nyata IoT dalam smart city.
Fundamental Internet of Things : Sensor, Koneksi, dan Data
Pada penerapannya ada tiga fundamental yang diperlukan agar konsep IoT dapat terwujud yaitu sensor, koneksi, dan data. Mari kita bahas selengkapnya sehingga kamu lebih memahami gerbang menuju era baru peradaban manusia.
1. Sensor
Sensor merupakan fundamental dalam menciptakan sinergi antara dunia nyata dan digital. Bagaimana kita dapat memberikan input konsisten, akurat, dan berkesinambungan tanpa menggunakan sensor.
Oleh sebab itu sensor menjadi backbone dalam mewujudkan internet of things di era modern. Pada smart city misalnya, kita dapat menemui sensor di berbagai sudut untuk melakukan monitoring.
Dengan regulasi yang tepat dan monitoring ini dapat memberikan sense of security bagi masyarakat. Tidak lupa memberikan input data dibutuhkan bagi AI untuk mengambil keputusan paling ideal di satu waktu tertentu.
2. Koneksi
Interkoneksi antara satu device dengan lainnya jelas sangat dibutuhkan untuk menciptakan keharmonisan dalam smart area. Koneksi dapat menggunakan kabel atau nirkabel tergantung pada kebutuhan maupun kecocokan lokasi.
Tanpa adanya koneksi maka proses pengumpulan data dari sensor tidak bisa berjalan optimal. Oleh sebab itu sangat krusial untuk membuat infrastruktur yang memiliki efisiensi koneksi optimal.
3. Data
Implementasi internet of things jelas tidak akan dapat memberikan optimasi tanpa adanya pengumpulan data. Berbagai data misalnya lalu lintas dan bagaimana pola transportasi yang digunakan oleh masyarakat.
Mesin akan melakukan observasi menggunakan perangkat sensor kemudian menyampaikan data pada server. Disini peran teknologi kecerdasan buatan dalam pengolahan data sangat penting.
Misalnya jika kita ingin mengoptimalkan pengelolaan sampah sebuah wilayah, tiga fundamental tersebut akan bekerja berkesinambungan demi menyelesaikan permasalahan terkait.
Implementasi Internet of Things untuk Smart City
Dua dekade lalu implementasi IoT masih menjadi sebuah konsep dan juga teori. Namun sekarang kita sudah melihat beberapa negara berhasil menerapkannya dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Paling dekat kita bisa melihat Singapore yang sudah menerapkan integrasi antara dunia digital dan nyata. Rekayasa lalu lintas, manajemen sampah, kalkulasi dan electricity rationing, sampai volume turis sudah menggunakan AI.
Sebagai negara kecil, menerapkan internet of things dapat menjadi solusi crowd control terbaik. Sehingga Singapore sangat antusias tidak hanya menerapkan namun juga mengembangkan demi memperoleh terobosan terbaru.
Berbagai masalah manajemen manajemen manusia dapat diatasi oleh Singapore meskipun luas wilayahnya sedikit. Crowd problem mungkin belum menjadi prioritas bagi negara besar seperti Indonesia.
Namun ketika pertumbuhan penduduk setiap tahun terus meningkat eksponensial jelas IoT harus segera diimplementasikan juga. Proyek seperti ini dapat diawali terlebih dulu di kota besar padat penduduk seperti Jakarta.
Infrastruktur untuk memulai smart city sebenarnya tidak terlalu mahal seperti orang awam bayangkan. Perangkat digunakan juga relatif resisten terhadap tindak kriminal pencurian yang jelas akan menjadi masalah tersendiri di Indonesia.
Masalah koneksi sudah teratasi dengan meratanya internet di kota besar seperti Jakarta. Sensor juga tergantung pada masalah yang ingin diatasi lebih dulu, misalnya kemacetan lalu lintas.
Sisanya tinggal bagaimana kita mengolah data yang ada di lapangan untuk pengambilan langkah ideal. Jika Indonesia mau, tentu saja smart city tidak hanya menjadi proyek scam tanpa hasil.
Melalui pembahasan tadi tentu kalian dapat memahami batasan antara dunia nyata dan maya sudah mulai tipis. Implementasi internet of things tinggal menunggu kesungguhan negara dan dukungan penuh masyarakat.